Sahur Malam Ahad 29 Ramadhan 1446 H

Ilustrasi Lailatul Qadar

Oleh
Muhajir

Dini hari yang sejuk dan tenang, saya bersiap untuk berangkat mengikuti acara sahur dan shalat subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan zikir dan tausiah yang diadakan oleh Pejasuh “Pejuang Jamaah Subuh” Nagan Raya.

Jarum jam menunjukkan pukul 03.45; menggunakan sepeda motor saya berangkat dari gampong yang terletak di pinggir Krueng Nagan, tak jauh dari Gampong dimana Shalat Iedul Fitri telah dilakukan semenjak kemarin (Sabtu, 29 Maret 2025); menuju lokasi dimana acara sahur dan shalat subuh berjamaah dilakukan.

Acara subuh berjamaah ini adalah kegiatan perdana yang saya ikuti semenjak setahun ini saya kembali berdomisili di kabupaten yang dikenal ada sebuah kelompok tarekat yang menamakan diri Tarekat Syattariyah.

Dimana kelompok tarekat itu sudah umum dikenal oleh masyarakat Aceh maupun kawasan Asia Tenggara merupakan kelompok yang sedikit membingungkan dalam tata cara penetapan awal puasa Ramadhan, dimana tahun ini ada selisih 2 hari awal puasa mereka tetapkan dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui kementerian Agama. Dimana mereka mulai berpuasa pada hari Kamis, 27 Februari 2025 dan Pemerintah Indonesia menetapkan awal puasa pada Hari Sabtu, 1 Maret 2025.

Jika dibandingkan dengan kelompok ulama Dayah salafi Aceh, maka mereka selisih 3 hari. Dimana para Ulama Dayah Aceh mulai berpuasa pada hari Minggu, 2 Maret 2025.

Terjadinya perbedaan awal puasa antara ulama Dayah Aceh dengan Pemerintah Indonesia akibat adanya tragedi dalam penglihatan saat itu.

Dimana tim ahli Kementerian Agama yang dikirim langsung dari Pulau Jawa ke Aceh mengatakan melihat hilal. Sedangkan dari pemantau hilal dari kalangan ulama Dayah Aceh saat itu dari beberapa lokasi pantauan tidak ada seorang pun yang melihat hilal.

Lain hal kelompok tarekat yang berpuasa semenjak 27 Februari 2025 itu berdalih bahwa mereka menetapkan puasa berdasarkan hitungan hisab.

Hal ini juga sedikit berbeda dengan Ormas Muhammadiyah (ormas terbesar kedua di Indonesia) yang dikenal sebagai ormas yang menetapkan awal puasa dengan metode hisab. Dimana Muhammadiyah menetapkan awal puasa hari Sabtu, 1 Maret 2025.


Suasana dini hari yang dingin itu, saya memacu sepeda motor hingga belasan kilo meter tempat dimana acara sahur bersama dan shalat subuh berjamaah dilaksanakan.

Dimana pada subuh, Minggu, 30 Maret 2025, kegiatan itu dilaksanakan di Mesjid Baitul Makmur Gampong Blang Teungoh kecamatan Kuala, Nagan Raya.

Saya tiba di lokasi sekitar jam 4.10 WIB. Setelah berwudhu saya langsung masuk ke dalam mesjid. Dimana di dalam Mesjid ternyata ada beberapa jamaah Pejasuh yang semenjak malam tadi beri’tikaf menghidup malam hari bulan suci ramadhan dalam rangka mengejar malam lailatul qadar sambil berzikir. Di antara jamaah itu terlihat ada seorang lelaki yang kini aktif di militer yang berasal dari Tangse, Pidie. Dimana di kampungnya Asy – Syahid Tgk Mahyid Tiro dimakamkan.

Tak lama kemudian waktu sahur pun tiba. Saya diajak oleh jamaah pejasuh bergabung untuk sahur bersama. Dimana sahur kali ini ada paket nasi kuning yang disedekahkan oleh seorang jamaah. Tak berapa lama setelah sahur, kemudian waktu imsak pun tiba. Para jamaah bersiap berwudhu dan masuk kembali ke dalam mesjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah yang kemudian dilanjutkan tausiah oleh seorang Ustad yang masih sangat muda, mungkin umurnya sekitar 38 tahun.

Dalam kesempatan itu Ustad Muda menyampaikan tausiah perihal bulan Ramadhan yang segera meninggalkan kita. Mengutip Hadits Nabi Muhammad S.A.W, Ustad tersebut mengatakan bahwa sebuah musibah besar bagi ummat Nabi Muhammad S.A.W kala bulan ramadhan berakhir. Karena pada bulan ramadhan doa – doa dikabulkan, sedekah diterima, pahala dilipatgandakan dan azab ditahan.

Ustad tersebut juga menyampaikan perihal doa Malaikat Jibril yang diaminkan Rasullullah saat menaiki anak tangga pertama, kedua dan ketiga.

Dimana doa tersebut yaitu yang pertama Ya Allah jangan engkau terima sholat, puasa dan zakatnya orang – orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Yang kedua : Ya Allah jangan engkau terima sholat, puasa dan zakatnya istri – istri yang durhaka terhadap suami-suaminya. Yang ketiga : Ya Allah jangan engkau terima sholat, puasa dan zakatnya orang – orang yang memutuskan hubungan silaturahmi.

Selanjutnya Ustad Muda itu juga menyampaikan perihal malam lailatul qadar. Dimana menurut Imam Al Ghazali bila berpuasa pada hari Ahad, maka malam lailatul qadar akan jatuh pada tanggal 29 Ramadhan.
Karena itu bila berpuasa pada hari Ahad, 2 Maret 2025, maka lailatul qadar akan terjadi pada malam Ahad, 30 Maret 2025.

Sungguh sangat disayangkan masyarakat yang mengikuti kelompok yang berhari raya pada Hari Sabtu, 29 Maret 2025. Karena mereka pasti akan melewati malam lailatul qadar bila lailatul qadar itu terjadi malam Ahad, 30 Maret 2025.

Lain hal; suasana pada Hari Ahad di bumi Rameune ini terpantau matahari terbit dengan cahaya yang berbeda dengan hari biasa. Dimana biasanya jam 8.30 s cahaya matahari mulai terik dan menyengat panas. Namun berbeda dengan hari Ahad, dimana cahayanya lebih adem dan tidak panas. Langit pun terlihat tidak mendung dan juga berbeda dengan biasanya.

Melihat tanda – tanda ini kemungkinan besar malam Ahad, 30 Maret 2025 atau 29 Ramadhan 1446 H adalah malam lailatul qadar. Sebagaimana disampaikan oleh Nabi bahwa pada pagi hari setelah lailatul qadar matahari terbit dengan cahaya lembut, tidak terlalu menyilaukan, dan berwarna putih kemerahan..
Wallahu ‘alam bissawab…

Muhajir
Alumni Dayah Baldatul Mubarakah Kemukiman Kandang kecamatan Sakti Pidie. Berdomisili di Seunagan Timur, Nagan Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *